Rabu, 16 Desember 2009

Koin Untuk Prita Tembus RpJawa Pos Selasa, 15 Desember 2009 500 Juta

Koin untuk Prita Tembus Rp 500 juta
Daerah Belum Masuk, Bank Tak Mau Terima

JAKARTA - Pengumpulan koin untuk Prita Mulyasari, yang diputus bersalah oleh Pengadilan Negeri (PN) Tangerang dan Pengadilan Tinggi (PT) Banten dalam kasus perdata pencemaran nama baik RS Omni Internasional, secara resmi ditutup pukul 21.00 tadi malam (14/12).

Penghitungan koin kemarin dimulai pukul 09.00. Hingga pukul 21.27, para relawan menghitung jumlah koin mencapai Rp 416.001.500. Tetapi, aktivitas penghitungan belum selesai.

Kalau dijumlah dengan sumbangan sebelumnya, dana sumbangan untuk Prita mencapai lebih dari setengah miliar rupiah (Rp 500 juta).

Sebelumnya, mantan Men­teri Perindustrian (Menperind) Fah­mi Idris menyumbang separo dari kerugian material dan immaterial yang ditetapkan PT Banten, yakni Rp 102 juta. Lantas, Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI menyumbang Rp 50 juta. Jadi, total dana sumbangan untuk Prita sudah mencapai Rp 568 juta.

Jumlah sumbangan akan terus bertambah. Sebab, penghitungan beberapa karung koin belum selesai. Begitu pula sumbangan koin dari daerah-daerah. ''Belum semua sampai kepada kami,'' kata Yusro Muhammad Santoso, salah seorang relawan Koin untuk Prita, di markas penghitungan di Jalan Langsat 1/3a, Kramat Pela, Jakarta Selatan.

Kamis lusa (17/12) Yusro berharap agar penghitungan seluruh karung rampung. Lalu, uang itu akan diserahkan secara simbolis pada 20 Desember bertepatan dengan Hari Kesetiakawanan Sosial. Rencananya, akan ada konser akbar yang diselenggarakan sebuah majalah musik. ''Saat itu, secara simbolis uang koin akan diserahkan kepada Ibu Prita,'' tutur Yusro.

Namun, para relawan malah menghadapi kesulitan baru. Me­reka sulit mencari bank yang mau menerima uang receh itu. Fa­­silitator relawan Didi Nugrahadi me­ngatakan, uang itu akan di­se­rahkan kepada Prita dalam bentuk rekening. Sebab, RS Om­ni men­cabut gugatannya.

Namun, hingga tadi malam, belum ada bank yang mau menerima. Didi sudah mendekati tiga bank besar nasional. Tetapi, me­reka kompak menolak. ''Tidak perlu saya sebut nama banknya. Mereka beralasan tidak mau dianggap berpihak pada gerakan sosial tertentu,'' jelasnya.

Pengacara RS Omni Internasional kemarin (14/12) secara resmi mengajukan pencabutan gugatan perdata atas Prita Mulyasari. Itu berarti Prita dipastikan tidak perlu lagi membayar denda Rp 204 juta sesuai dengan putusan Pengadilan Tinggi (PT) Banten. Syaratnya, Prita mau menyepakati akta perdamaian. ''Pencabutan gugatan perdata ini realisasi keinginan rumah sakit untuk berdamai,'' kata Risna Situmorang, pengacara RS Omni. (aga/kim/dwi)

Minggu, 13 Desember 2009

SYARIF ABDUL HAMID ALKADRIE SANG PERANCANG LAMBANG NEGARA INDONESIA

Perancang lambang negara Indonesia berbentuk Rajawali-Garuda Pancasila yang kemudian disingkat dengan nama Garuda Pancasila ternyata bernama Syarif Abdul Hamid Alkadrie yang punya gelar Sultan Hamid II putra sulung dari Sultan Syarif Muhammad Alkadrie dari Kesultanan Pontianak di Kalimantan Barat. Syarif Abdul Hamid Alkadrie lahir di Pontianak pada tanggal 12 Juli 1913 merupakan darah campuran Indonesia – Arab.

Syarif Abdul Hamid Alkadrie menempuh pendidikan ELS (Europese Legere School) atau lebih dikenal dengan Sekolah Belanda yang ditujukan untuk mengembangkan dan mendidik serta memperkuat kesadaran nasional dikalangan keturunan Belanda dan kebanyakan Indo-Belanda. Dalam perkembangan selanjutnya sekolah dasar ini juga anak Indonesia dan Tionghoa walaupun jumlahnya kecil. Dalam sekolah ini diajarkan ilmu alam, dasar-dasar bahasa Perancis, bahasa Inggris, dan bahasa Jerman, sejarah umum, matematika, pertanian, menggambar, pendidikan jasmani, dan pekerjaan tangan. Penggunaan bahasa asing dalam sekolah ini memang dimaksudkan agar lulusannya bisa memasuki sekolah menengah yang bernama HBS (Hogere Burger School) yang memang diperuntukkan bagi murid-murid Belanda dan golongan baik yang sanggup menyekolahkan anaknya ke ELS (Europese Legere School) kelas satu. Sedangkan Syarif Abdul Hamid Alkadrie menempuh ELS (Europese Legere School) di Sukabumi, Pontinak, Yogyakarta, dan Bandung.

Setelah menamatkan pendidikan dasar dilanjutkan ke sekolah menengah HBS (Hogere Burger School) di kota Bandung selama satu tahun, dan sekolah THS di Bandung walau tidak sampai tamat. Kemudian melanjutkan ke sekolah militer bernama KMA di kota Breda Negeri Belanda hingga tamat dan meraih pangkat letnan pada Kesatuan Tentara Hindia Belanda (Koeningklik Netherland Indie Leger).

Pada saat Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang di tahun 1942 Syarif Abdul Hamid Alkadrie ditahan Jepang 10 Maret 1942 akhirnya dibebaskan kembali ketika Jepang menyerah kepada Sekutu selanjutnya mendapat kenaikan pangkat kolonel. Tidak lama setelah Indonesia menyatakan kemerdekaan ternyata Syarif Abdul Hamid Alkadrie diangkat menjadi Sultan Pontianak pada tanggal 29 Oktober 1945 karena merupakan putra sulung pewaris Kesultanan Pontianak untuk menggantikan ayahandanya kemudian diberi gelar Sultan Hamid II.

Ketika Belanda menyerahkan kedaulatannya kepada pemerintah Republik Indonesia melalui Konferensi Meja Bundar pada 23 Agustus sampai dengan 2 September 1949 yang diantara isi penyerahan itu Indonesia berbentuk Republik Indonesia Serikat maka Syarif Abdul Hamid Alkadrie diangkat oleh Presiden Soekarno menjadi Menteri Negara Zonder Portopolio. Sehubungan dengan jabatan selaku menteri negara tersebut ditugaskan Presiden Soekarno untuk merencanakan, merancang, dan merumuskan gambar lambang negara. Presiden Soekarno berpesan hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa Indonesia, dasar negara Indonesia, dengan merangkum Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara.

Pada 10 Januari 1950 Presiden Soekarno membentuk panitia teknis dengan nama Panitia Lencana Negara dibawah koordinator Menteri Negara Zonder Portopolio Syarif Abdul Hamid Alkadrie (Sultan Hamid II) dengan susunan panitia teknis sebagai berikut yang diketuai oleh Mohammad Yamin dengan didampingi anggota Ki Hajar Dewantara, M.A. Pellaupessy, Mohammad Natsir, dan RM Ngabeu Purbatjaraka. Tugasnya menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah.

Panitia Lencana Negara berhasil memilih dua rancangan terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya Mohammad Yamin. Dalam proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat (DPR RIS) adalah rancangan Sultan Hamid II. Untuk itulah kemudian Syarif Abdul Hamid Alkadrie (Sultan Hamid II) kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila yang kemudian disingkat dengan nama Garuda Pancasila.

Presiden Soekarno memperkenalkan lambang negara itu untuk pertama kalinya kepada khalayak umum di Hotel Des Indis Jakarta pada 15 Pebruari 1950. Penyempurnaan kembali lambang negara yang diumumkan itu terus diupayakan, kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang awalnya gundul menjadi berjambul, dan bentuk cakar kaki yang mencengkeram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan. Kemudian Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara. Rancangan terakhir ini kemudian menjadi lembaran resmi Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 berdasarkan pasal 2 jo pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951

Tokoh dan juga seorang sultan yang berjasa terhadap bangsa Indonesia ini meninggal dunia pada 30 Maret 1978 dimakamkan di pemakaman Keluarga Kesultanan Pontianak di Batulayang Kalimantan Barat.

Oleh Suwandi, S.Pd.,M.Pd
* Aktivis Masyarakat Sejarawan Indonesia Komisariat Surabaya tinggal di Gresik, Indonesia

Jumat, 11 Desember 2009

CERITA CINTA

Hari itu ...
resahmu ku himpun
hingga merimbun
rembulan melenggang genit
bentuk bayangan manis pada tirai tipis
senyum manis tangan kau gamit
nuju peraduan penuh kembang
dalam dekapmu ...
nyanyian rindu bertalu dalam degupmu
rasanya aku ingin mencubit
bulan tinggal seiris mengintip
saat kau urai gelungku
terbaca makna dalam tatapmu
hasrat melukis rahimku
tetes peluh, bilur biru
menyatu beku di gunung itu
nafasmu seharum gaharu
kala kau reguk madu cerukku
Bulan tersenyum dan berlalu
dihantar aroma kembang
kita terbang ke awan

Hari Jum’at, 11 Desember 2009 Jam 14:20
Catatan Oleh : Frentianik Widodo

Kamis, 10 Desember 2009

KOIN DAN KEADILAN

Kebenaran laksana bintang yang samar di balik malam
Memanggil jiwa, membuka pintu wajah penganiayaan
Lalu mengajarkan kepadamu tentang makna kedukaan yang dalam
Menyingkap tabirnya bersama lautan kebaikan dan gelombang kebajikan
Kebenaran itu menuntun jiwamu membuka misterinya sendiri

Atas namanya kau galang sejuta koin recehan
Lalu kau hempaskan pada wajah keadilan yang bernilai milyaran
Karena hukum telah memalingkan jiwanya pada wajah perbudakan
Dan dakwaan telah merajai kekuasaan seolah tak tertaklukkan
Namun kebenaran mendendangkan nyanyian indahnya
dan menyangga keagungan harapan pada kehidupan yang pualam

Duhai jiwamu yang hampa oleh rasa keadilan
Telah kau taburkan benih-benih kebohongan dalam jiwa hukummu
Dan kau semaikan aturan-aturan semu di ladang kuasamu
Menghujamkan keputusan sharkasme di ujung palu dakwaanmu
Kulihat kebijaksanaanmu menggoreskan kepedihan dan menebarkan aroma penindasan
Mengalirkan air mata darah ketidakpuasan dan menorehkan luka pemberontakan

Lihatlah di sudut-sudut beranda rumah dan di tepi jalanan
Suara-suara hati yang rindu kebenaran telah bergema memenuhi semesta jiwa
Memulai iring-iringan cinta menuju taman istana singgasana keadilan
Menghampiri segenap jiwamu yang terjangkit dahaga kekuasaan

Duhai dimanakah kau simpan nyala api cinta pada negara
Jika bibirmu tak lagi menggemakan suara pada jiwa sang teraniaya
Telingamu seolah tuli hingga tak mendengar tangisan pilu sang terdakwa
Hatimu telah di belenggu oleh kemuliaan dan kehormatan tak berharga
kau bentangkan tanganmu pada kesia-siaan tak terhingga
Hingga semangat pengabdian yang kau teriakan dalam wacana
Hanyalah lautan hampa tanpa jiwa.........

Tangerang , 10 Desember '09
Catatan Eny Suhaeni

Sabtu, 05 Desember 2009

NEGERI IRONI

Seorang manusia lemah dan papa
dalam kehausannya mencuri semangka
lalu kau jatuhkan palu dakwa
seolah kau tengah menebar benih cinta
pada gemuruh keadilan yang beraroma dusta
pada perangkat hukum yang tak kenal lara
duhai..dimanakah kemanusiaanmu bertahta?

Dalam genggaman hukum kekuasaanmu
air mata dahaganya mengalirkan darah
bergelayut di udara, menapaki lorong-lorong kepiluan
menyangga kehampaan pikiran agungmu
meniupkan kesia-siaan nafas kebijakanmu
menaburkan benih-benih luka pada sang waktu
hatikupun haus memandang kuasamu yang nista
meski samar, namun ku dendangkan pada para penari disinggasanamu
agar bisa ku minum secangkir anggur kearifan pada dahaga keadilan

Lihatlah, pemandangan memilukan di sudut negeri ini
seorang manusia papa nan lemah
menjulurkan tangannya meminta derma keadilan padamu
mengais luka sambil menapaki istana singgasana perangkat hukummu
namun kulihat kau tetap asyik berpesta pora berbagi kenikmatan di ladang kuasamu
menari bersama diringi lagu-lagu merdu keangkuhan aturanmu
meretas keadilan hanya dalam kebenaran perspektifmu

Duhai…pedih nian semesta jiwa ini
hati siapakah yang sanggup menggemakan suaranya?
Jika jiwamu ditulikan oleh debu kekuasaan?
Dan nur'animu dibutakan oleh polusi ketamakan jabatan?
Tangis jiwanya berkobar menyala namun tak mampu menembus kepekatan hatimu
bahkan sedu sedannya tak menggetarkan dinding-dinding nuranimu
dadanya sesak tak lagi bertenaga, hingga menjelma asa yang hampa
sementara tahtamu tak geming dalam kemilau kecurangan
hingga gemanya menggetarkan kemanusiaan dan menembus langit kepiluan

Dimanakah gerangan hati putihmu bertahta wahai para penguasa
jika korupsi trilyunan masih menyimpan sengketa, padahal ia dusta tak terkira
bahkan manusia miskin papa,dalam kehausannya mengambil semangka
hingga tak dinyana ia malah masuk penjara
sementara para perampok uang negara
kau biarkan melenggang di mana-mana...
Betapa negeri ini sebuah negeri dagelan belaka….
Yang makin marak dipenuhi seribu petaka....

Tangerang, 5 Desember 2009
Catatan Eny Suhaeni

Selasa, 01 Desember 2009

Keunggulan dan Semangat (Suwandi, M.Pd.)

Keunggulan dan kerja keras tidak mengenal itu tidak mengenal garis keturunan, gelar kesarjanaan/kebangsawanan/kehormatan yang disendang, mata pencaharian, dan jenjang pendidikan. Siapa saja bisa mencapai keunggulan dan mampu bekerja keras asal memiliki semangat tinggi, jiwa yang selalu ingin tahu, dan tingkat kesabaran yang baik sehingga menggangkat harkat dan martabat manusia ke dalam tingkatan orang-orang yang tinggi

Minggu, 29 November 2009

PEMBENTUKAN SIKAP (SUWANDI, S.Pd.M.Pd)

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Interaksi sosial merupakan kontak sosial dan hubungan antar indidvidu dengan anggota kelompok sosial. Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi antar individu yang didalamnya terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat. Pada pemahaman yang luas interaksi sosial itu meliputi hubungan individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis di sekelilingnya.
Diantarnya berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah lembaga pendidikan dan lembaga agama, pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting, kebudayaan, faktor emosi dalam diri individu, dan media massa.

1. Lembaga pendidikan serta lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
Karena konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau moral dan agama ikut berperanan dalam menentukan sikap individu.

2. Pengalaman Pribadi
Peristiwa yang sedang dialami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan terhadap peristiwa akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk mampu memberi tanggapan dan penghayatan maka seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. Penghayatan membentuk sikap positif dan negatif akan tergantung pada berbagai faktor lain
Pembentukan kesan atau tanggapan terhadap obyek merupakan proses kompleks dalam diri individu yang melibatkan individu yang bersangkutan, situasi dimana tanggapan itu terbentuk dan atribut atau ciri-ciri obyek yang dimiliki oleh stimulus.
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat, oleh karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Sebab dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan, akan pengalaman terasa lebih dalam dan lebih lama berbekas.

3. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seorang yang dianggap penting, seseorang yang kita harapakan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau orang yang berarti khusus bagi kita (significant others), akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Pada umumnya, individu cenderung untuk memilik sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk beralifiasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

4. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apalagi kita hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi kehidupan tertentu maka sikap seseorang akan terbiasa dan cenderung mendukung kebudayaan yang bernorma longgar itu.
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya karena kebudayaan pula yang memberi corak pengalaman individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.

5. Pengaruh faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Seringkali suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persistem dan bertahan lama. Misalnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional yaitu prasangka (prejudice). Prasangka ini diterjemahkan sebagai sikap yang tidak toleran, tidak fair atau tidak favorabel terhadap sekelompok orang.

6. Media Masa
Media televisi, radio, majalah, surat kabar, internet dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang . Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mempengaruhi opini seseorang. Dengan adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognisi baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugesti yang dibawa oleh informasi tersebut, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
Walaupun pengaruh media massa tidak sebesar pengaruh interaksi individu secara langsung namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap maka peranan media massa tidak kecil artinya. Oleh karena itu salah satu bentuk informasi sugestif dalam media massa yaitu iklan selalu dimanfaatkan dalam dunia usaha guna meningkatkan penjualan atau memperkenalkan suatu produk baru. Dengan demikian informasi dalam iklan selalu berisi segi positif mengenai suatu produk sehingga dapat menimbulkan pengaruh afektif yang positif dan merupakan bentuk strategi persuasi.

Kamis, 05 November 2009

Puisi Perempuan (oleh Ida Yanti Darwin)

bukan dari tulang ubun ia dicipta,
sebab berbahaya membiarkannya dalam sanjungan dan puja..
tak juga dari tulang kaki,
karena nista menjadikannya diinjak dan di perbudak..
tapi dari rusuk kiri, dekat ke hati untuk dicintai,
dekat ke tangan untuk dilindungi, itulah diri PEREMPUAN....!!

oleh Idayanti Darwin,via facebook kamis,5 Nopember 2009 http://www.facebook.com/home.php?ref=home#/home.php?filter=nf

Rabu, 04 November 2009

DESKRIPSI PRASASTI BILULUK-LAMONGAN-GRESIK

Prasasti Biluluk, prasasti ini dikeluarkan antara tahun 1288-1317 Saka (1366-1397 M) ditemukan di Kecamatan Bluluk Kabupaten Lamongan berupa tulisan yang digoreskan pada lempengan tembaga. Prasasti itu berasal dari masa Raja Hayam Wuruk (1350-1389 M) dan Wikramawardhana (1389-1429 M). Prasasti itu merupakan surat yang berisi titah raja yang ditujukan keluarga raja yang memerintah di Biluluk dan Tenggulunan. Berdasarkan penafsiran oleh Tim Peneliti buku Sejarah Sunan Drajat disebutkan bahwa Bluluk pada saai ini memang masuk kawasan Lamongan, sedangkan Tenggulunan kemungkinan sekarang masuk kawasan Kecamatan Solokuro. Tenggulunan dimungkinkan juga masuk kawasan Gresik, tepatnya berada di muara Sungai Lamong. (Tim Peneliti, 1998: 72). Tenggulunan di kawasan Gresik dimungkinkan terkait dengan prasasti tersebut, karena sungai Lamong merupakan salah satu jalur perdagangan yang menghubungkan antara pelabuhan Gresik dengan wilayah kekuasaan Majapahit. Adapun kandungan isi dari prasasti Biluluk dapat disimpilkan antara lain:
Orang-orang Biluluk diberi wewenang untuk menimbah air garam pada saat acara pemujaan sekali setahun, sebagaimana yang telah mereka miliki sejak dahulu, asal tidak diperdagangkan. Apabila diperdagangkan dikenakan cukai.
Rakyat Biluluk dan Tenggulunan memperoleh perlindungan dan restu raja, sehingga siapa saja yang merugikan mereka akan terkena supata atau kutukan, yakni akan menderita kecelakaan, antara lain: apabila mereka di padang tegalan akan digigit ular berbisa, apabila masuk hutan akan diterkam harimau, apabila masuk rumah akan diselubungi dan dimakan api, dimana saja akan sengsara, celaka, dan mati.
Memberi kebebasan pada rakyat Biluluk untuk melakukan berbagai pekerjaan, seperti berdagang, membuat arak, memotong, mencuci, mewarna, membuat tepung, gula aren, atau tebu, dan membakar kapur tanpa dipungut beaya.
Status daerah perdikan Biluluk dan Tenggulunan ditingkatkan dari daerah sima menjadi daerah swatantra. Sebagai daerah swatantra atau daerah yang bisa mengurusi rumah tangganya sendiri, rakyatnya dicintai raja, mereka bebas dari kewajiban membayar upeti dan memberi jamuan makan serta bekal pada petugas kerajaan yang sedang lewat atau singgah. Mereka juga dibebaskan membayar berbagai macam cukai, seperti perkawinan, dukun bayi, pembakaran jenazah, upacara kematian (nyadran), angkutan, pendirian rumah, pertunjukan, penitipan barang dagangan berupa cabai, kapulaga, besi, kuali besi, rotan, dan kapas.
Petunjuk bahwa daerah Biluluk dan Tenggulunan diberi status swatantra agar tidak lagi dikuasai Sang Katrini (pejabat tinggi negara), melainkan mempunyai kekuasaan terhadap tukang dan pegawai dengan hak-hak pengaturan perekonomian, keamanan, dan ketentraman.
Kegiatan perekonomian di Kerajaan Majapahit umumnya, di Biluluk dan Tenggulunan khususnya sangat penting artinya bagi negara dan penduduk setempat. Barang-barang dagangan di dua daerah ini yang menonjol antara lain: garam, gula kelapa atau aren, dan dendeng. Dendeng pada masa itu tergolong makanan mewah dan termasuk barang dagangan yang mahal. Bagi rakyat Biluluk dan Tenggulunan, perdagangan dendeng sangat menguntungkan. Usaha yang juga berkembang di dua daerah ini adalah pencelupan atau pewarnaan kain, penggilingan beras atau tepung, dan makan-makanan dari tepung umbi atau kentang.

Oleh : Suwandi, S.Pd.,M.Pd. Guru Sejarah di SMA Negeri 1 Sekaran, Lamongan Jawa Timur

Selasa, 03 November 2009

SURGA di Telapak Kaki IBU... oleh Bule Vaul (videos)

Ibu.. kau terindah dihatiku
Jasamu takkan terbalas olehku
Kau selalu menjagaku
Agar ku tak jatuh kedalam
Lembah Gelap itu…

Ibu.. takkan aku melupakanmu
Kukenang kau dalam bahagiaku
kau begitu indah dihatiku
Selalu ku turuti pintamu

Ibu.. maafkan aku jahat padamu
membuatmu gundah akan sikapku
membuatmu marah karna tingkahku
tapi kau tak pernah membentakku

Ibu.. sungguh besar kasih sayangmu
takkan habis terkikis oleh waktu
takkan terganti oleh harta
Nilainya tak ternilai oleh rupiah

Tapi ijinkan aku ucapkan rasa sayangku
berikan kau hadiah istimewa dariku,
kukan bahagiakanmu selalu
ijinkan ku ungkap rasa bahagiaku
sebagai kado di hari ultahmu
Sepenggal Doa Untuk Ibu
Tulus dari hatiku

Dikoleksi oleh Ina Tresnawati
Selasa, 3 Nopemer 2009
http://www.facebook.com/profile.php?id=100000152881384&ref=nf

marketer bukan selebritis (Iman Supriyono)

Seorang marketer mengenal dan dikenal banyak orang. seorang selebritis dikenal banyak orang, tapi dia tidak mengenali orang orang itu. agar menjadi marketer seseorang perlu: jaga kontak, menambah kontak, memperdalam kontak, baru kemudian ada deal bisnis. seorang marketer tidak pernah menganggap remeh siapun yang dikenalnya. semua orang bermakna. seorang marketer akan menerima telepon dari siapapun walaupun nomor penelepon tidak masuk phone booknya. anda marketer?
Oleh :Iman Supriyono
http://www.snfconsulting.com
Diambil dari http://www.facebook.com/profile.php?id=100000456296209#/inbox/?folder=[fb]messages&page=1&tid=1054918110218

Jumat, 30 Oktober 2009

Malam semakin larut (Ina Tresnawati)

Malam semakin larut...langit semakin kelam...sepi yang mencekam...kenapa kantukku tak jua datang...aku ingin tidur...ingin kurebahkan tubuhku...kupejamkan mataku...kutenangkan fikiranku...dan do'a-doa terucap...semoga kantukku datang dan aku terlelap dalam keheningan....semoga esok masih bisa bertemu senyuman mentari dan orang-orang yang kusayangi (Ina Tresnawati, facebook kamis 29 Oktober 2009 pukul 21.50 WIB)

Kamis, 29 Oktober 2009

Pendidikan Patriotisme (Oleh Suwandi, S.Pd.,M.Pd.*)

Patriotisme secara etimologi berasal dari kata dasar patriot yang artinya pecinta (pembela) tanah air. Maka patriotisme mempunyai makna semangat cinta tanah air yang diwujudkan dengan sikap seseorang yang sudi mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya.
Dalam ensiklopedi Indonesia patriotisme diartikan sebagai rasa cinta tanah air dan kesetiaan seseorang kepada tanah air dan bangsanya, kekaguman kepada adat dan kebiasaannya, serta sikap pengabdian demi kesejahteraan tanah airnya. Di dalamnya juga terkandung makna rasa persatuan dan kesatuan bagi bangsanya.
Secara sederhana patriotisme adalah rasa cinta pada tanah air yang membuahkan sikap pengabdian dan pengorbanan jiwa, raga, materi, dan seluruh kemampuan yang dimilikinya demi kejayaan dan kesejahteraan tanah airnya. Dari pemahaman tersebut seringkali disebut secara bersamaan dengan kata nasionalisme. Kata nasionalisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kesadaran keanggotaan dari suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan dan mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsa. Dari pemahaman ini istilah patriotisme dan nasionalisme saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Bahkan Hans Wehr memberikan makna sepadan antara dua istilah tersebut. Karena qaummiyah yang artinya kebangsaan disejajarkan dengan kata wathoniyyah yang artinya cinta tanah air.
Memahami paparan diatas dapat dirumuskan sebuah pengertian pendidikan patriotisme sebagai: bimbingan dan bantuan yang diberikan secara sadar melalui interaksi yang komunikatif antara pendidik (ustadz) dan peserta didik (murid) dalam rangka pembentukan patriot-patriot bangsa yang siap mengabdi dan berkorban untuk kejayaan dan kesejahteraan bangsa dan negaranya.
Pendidikan Patriotisme Dalam Prespektif Islam
Perasaan cinta tanah air diperbolehkan dalam agama Islam, bahkan dianjurkan oleh Rosulullah SAW terbukti dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Hakim dari Anas: Rosulullah SAW bersabda “Cinta Arab sebagian dari iman dan yang membencinya adalah munafik”. Hadits ini mengisyaratkan bahwa patriotisme sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW, sebab bila dicermati, kata “Arab” tersebut bermakna bangsa Arab, bahasa Arab, dan tanah (air) Arab. Walaupun tidak ditegaskan apakah Hadits itu bermakna bangsa, bahasa, dan tanah air. Makna dibalik pemahaman ini bahwa bangsa, bahasa, dan tanah air melekat pada kata “Arab” yang disabdakan oleh Nabi SAW.
Dalam kaitannya dengan hidup berbangsa dan bernegara, ada dua makna yang terkandung dalam hadits tersebut: (1) jika anjuran Nabi itu ditujukan kepada orang Arab, berarti hadits tersebut bertujuan menanamkan patriotisme, dan (2) jika hadits itu ditujukan kepada seluruh ummat Islam, berarti hadits tersebut mengajak mencintai semua bangsa untuk saling mencintai. Dengan kata lain yang bukan bangsa Arab (‘Ajam) mencintai bangsa Arab, yang bangsa Arab mencintai bukan bangsa Arab, sebab ummat Islam tidak hanya terdiri dari orang Arab saja.
Patriotisme berbeda dengan fanatisme kesukuan yang jelas dilarang oleh Nabi Muhammad SAW. Dengan sabdanya yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Zubayr Ibnu Mat’am : “Bukan golonganku orang yang mengajak berkelompok (kesukuan / ashobiyyah) dan bukan golonganku orang yang berperang membela kelompoknya dan bukan golonganku orang yang mati karena kelompoknya”.
Sikap berkelompok atau ashobiyah (kesukuan) yang pada ujungnya berakibat pada perpecahan. Sedangkan agama Islam sangat menentang adanya perpecahan atau berpecah belah, sebagaimana firman Allah :”Berpeganglah kamu semua pada tali Allah dan janganlah kamu bercerai berai” (QS 3 Ali ‘Imron:103).
Dengan demikian fanatisme kelompok diangap dosa dan tidak dibenarkan dalam agama Islam karena sangat potensial menyebabkan perpecahan, bahkan fanatisme kelompok dapat mengorbankan kepentingan yang lebih besar yaitu persatuan bangsa dan negara serta agama Islam.
Sementara itu patriotisme, bukanlah semangat kelompok kecil melainkan rasa cinta tanah air yang penuh dengan anjuran persatuan dan kesatuan. Maka patriotisme amat memungkinkan sebagai sarana (wasilah) membangun persatuan dan kesatuan dalam sebuah komponen besar pemerintahan yang sah, meskipun didalamnya ada berbagai suku dan adat istiadat.
Adapun tipe patriotisme yang dimiliki oleh ummat muslim adalah seseorang yang menjadi teladan bagi rakyat negaranya, apapun agama yang dianutnya. Mereka harus saling bekerjasama dalam segala aktivitas guna mempertahankan kedaulatan, mengembangkan ilmu pengetahuan, kebaikan, kekuatan dan segala sumber daya yang dimiliki oleh tanah air (Rashid Ridho, 1994).
Pendidikan patriotisme dimaksudkan untuk penanaman rasa cinta tanah air pada putra-putri bangsa melalui lembaga pendidikan sehingga membentuk patriot bangsa yang bertanggungjawab untuk mewujudkan kedaulatan, kesejahteraan, dan kejayaan negara sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan dibekali dengan ilmu pengetahuan yang memadai untuk membangun negaranya.

*) Penulis adalah aktivis Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Komisariat Surabaya

Kepemimpinan OSIS (Oleh Suwandi, S.Pd.,M.Pd)

Pemimpin pada hakekatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi anggota sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya.
Untuk lebih jauh memahami kepemimpinan OSIS, perlu dikaji dan dipahami pengertian seperti: tugas dan tanggung jawab, maksud dan tujuan, kualifikasi serta ukuran sampai sejauh mana kepemimpinan OSIS berhasil melaksanakan tugasnya.
A.Tugas dan Tanggung jawab
Ada 4 macam tugas pokok pemimpin, yaitu: (1) merumuskan atau mendefinisikan misi organisasi; (2) mengusahakan tercapainya tujuan atau misi organisasi; (3) mempertahankan keutuhan organisasi dan; (4) mengatasi konflik.
Merumuskan misi organisasi Ada 7 misi utama OSIS, yaitu:(1) meningkatkan peran serta siswa dalam menjaga dan membina sekolah sebagai wawasan wiyata mandala; (2) menumbuhkan daya tangkal pada diri siswa terhadap pengaruh negatif; (3) memantapkan pelaksanaan ekstrakurikuler; (4) meningkatkan apresiasi dan penghayatan seni; (5) menumbuhkan sikap berbangsa dan bernegara; (6) menumbuhkan dan mengembangkan jiwa, semangat serta nilai-nilai perjuangan 45; (7) meningkatkan kesegaran jasmani dan rohani.
Mengusahakan tercapainya misi atau tujuan, meliputi sebagai berikut:Memahami peranan OSIS baik sebagai definisi maupun sebagai sarana mencapai tujuan.
1. Sebagai definisi, OSIS adalah satu jalur pembinaan kesiswaan yang berfungsi sebagai organisasi intra sekolah untuk mencapai pembinaan kesiswaan
2. Sebagai sarana untuk mencapai tujuan, OSIS berperan dalam: (a) menumbuhkan dan mengembangkan berbagai macam kemampuan, seperti: manajerial, kepemimpinan, berkomunikasi, kematangan berpikir dan nilai-nilai kepribadian siswa; (b) menumbuhkan dan menmgembangkan karier siswa.;(c) mengembangkan berbagai disiplin ilmu;(d) menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai sosial budaya; (e) tempat untuk saling bertukar fikiran, pengalaman dan pengetahuan; dan sarana mencapai tujuan pembinaan kesiswaan.
3. Memahami pengorganisasian OSIS yang meliputi: (a) perangkat OSIS; (b) pengurus OSIS; (c) perincian tugas
Kualifikasi yang perlu dimiliki pemimpin OSISiapapun yang akan diangkat dan ditugaskan untuk menduduki tanggung jawab sebagai pembina dan pemimpin siswa harus memiliki kualifikasi kepemimpinan.
1. Persyaratan kepemimpinan secara umum, yaitu : (a) kondisi fisik; (b) nilai-nilai kepribadian; (c) memiliki berbagai mancam keahlian; (d) berwibawa.
2. Persyaratan secara khusus, pembina dan pengurus OSIS harus memahami persyaratan yang telah ditetapkan, yaitu: (a) berbudi pekerti baik, sopan santun terhadap guru, orang tua dan teman-teman siswa; (b) memiliki bakat sebagai pemimpin; (c) berkemauan, kemampuan dan pengetahuan yang memadai; (d) dapat mengatur waktu, sehingga pelajaran tidak terganggu; (e) dicalonkan oleh perwakilan kelas.
3.Mengusahakan keutuhan organisasi
Keutuhan organisasi adalah mutlak demi terwujudnya kerjasama dan koordinasi antar sesama anggota, maupun unsur-unsur pemimpin yang lain. Keutuhan organisasi hanya akan terwujud apabila unsur-unsur pemimpin memiliki kewibawaan atau kharisma (kemampuan untuk mengendalikan bawahan atau orang lain).Seorang pemimpin yang paling baik (the best manager) adalah: seorang yang mampu mempengaruhi bukan hanya anggotanya, melainkan juga rekan sesama dan atasannya. Untuk itu maka setiap pemimpin perlu memiliki dan mendayagunakan kewibawaannya secara tepat, sehingga akan mendukung tercapainya keutuhan dan tujuan organisasi.
Ada beberapa indikator keberhasilan atas kewibawaan seorang pemimpin OSIS, yaitu dengan memperhatikan indikator, sebagai berikut: (a) rasa kebersamaan kelompok; (b) kerjasama antar kelompok dan antar kelompok dengan pembina, pengurus osis dan perwakilan kelas; (c) efisiensi pemberdaya manusia yang ada; (d) peningkatan kualitas kehidupan kerja; (e) tercapainya rasa percaya diri pada sesama siswa dan; (f) peningkatan kecakapan sesama siswa dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab.
4.Mengatasi atau mengendalikan konflik
Konflik pada hakekatnya merupakan segala macam bentuk hubungan antar sesama siswa maupun dengan pemimpin secara pribadi maupun kelompok yang mengandung sifat berlawanan. Dapat pula diartikan bahwa konflik itu merupakan proses sosial antara dua pihak atau lebih dimana pihak yang satu berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya yang disebabkan oleh adanya perbedaan ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat-istiadat, dan keyakinan.
Konflik dalam organisasi bersumber pada: (a) manusia dan perilakunya; (b) organisasi; (c) komunikasi
Ada beberapa cara untuk menyelesaikan konflik, sebagai berikut: (a) menekan konflik dengan cara yang halus; (b) membiarkan konflik selesai dengan sendirinya; (c) melalui kompromi; (d) mengkonfrontasikan pihak-pihak yang terlibat
B.Kualifikasi
Yang perlu dipertimbangkan dalam pengangkatan seorang pemimpin adalah: managerial skill(Keterampilan manajemen )
Ada 3 kategori keterampilan manajemen, yaitu:
1. Keterampilan teknis (tehnical skill )
a.pengetahuan mengenai metode, proses, prosedur dan macam-macam teknik untuk melaksanakan suatu kegiatan
b.kemampuan menggerakkan berbagai sarana yang ada.
2. Keterampilan hubungan manusia (human skill )
a.pengetahuan perilaku manusia dan proses kerjasama
b.kemampuan memahami isi hati, sikap dan motif orang lain mengapa mereka berkata dan melakukan pekerjaan
c.kemampuan berkomunikasi secara jalas dan efektif
d.kemamouan menciptakan kerjasama yang efektif dan koordinatif, praktis dan diplomatis
e.pengetahuan perilaku yang asptabel
3. Keterampilan konsepsional (conceptual skills )
a.kemampuan analisis
b.bersifat rasional
c.cakap dalam berbagai konsepsi
d.kreatif dalam berbagai ide dalam pemecahan masalah
e.mampu mengemukakan analisis berbagai kejadian serta memahami macam kecenderungan
f.mampu mengantisipasi perintah
g.mampu mengenali berbagai macam kesempatan dan problem-problem potensial.
Kesimpulannya: apabila kualifikasi yang meliputi aspek-aspek kapribadian, perilaku, kewibawaan, pemahaman serta dukungan teknis, kamampuan bekerjasama dan kemampuan konsepsional dimiliki oleh setiap pemimpin OSIS, berarti akan terpenuhinya kepemimpinan OSIS yang profesional.
C.Kriteria Keberhasilan
Keberhasilan kepemimpinan OSIS dapat dilihat dan dirasakan melalui 3 macam indikasi, yaitu: (1) dinamika OSIS sebagai organisasi; (2) sikap para siswa terhadap pengurus OSIS; (3) pengaruh kewibawaan pemimpin terhadap sesama siswa
D.Pelatihan
Sasaran pelatihan kepemimpinan diarahkan pada 3 macam sasaran khusus, yaitu: (1) ketrampilan teknis; (2) ketrampilan hubungan manusia; (3) ketrampilan yang bersifat konseptual
E.Peranan OSIS sebagai Tempat Kaderisasi Kepemimpinan
Ada 3 peranan organisasi kaderisasi kepemipinan, yaitu: (1) organisasi sebagai alat pencapaian tujuan; (2) organisasi sebagai wadah dimana diterapkan dan dikembangkan berbagai disiplin ilmu; (3) Organisasi sebagai tempat di mana dibina dan dikembangkan potensi siswa.

Oleh : Suwandi, S.Pd.,M.Pd.
Disajikan dalam kegiatan LDKS OSIS/IPM SMP Muh 8 Gresik
Pacet, Mojokerto : 24 Oktober 2009

Sikapmu (oleh Ina Tresnawati)

Wajar jika sikapmu berubah....tapi kamupun tau aku tidak begitu...tidak seperti yang kau bayangkan....Berilah aku celah untuk bernafas....berilah aku waktu untuk bicara....agar kau yakin....aku sungguh-sungguh....dan tak ada yang berubah....(Ina Tresnawati, facebook, senin, 26 Oktober 2009)

Penuh Berkah

Mentari...betapa setianya kau hadir menyambut pagi..tanpa lelah kau berikan sinarmu..senyummu hangatkan pagi...Bangkitkan semangatku dan sahabatku tuk beraktifitas....Semoga hari ini penuh berkah,semoga hari ini membawa kebahagiaan...Do'a orang terkasihmu kan selalu menyertai langkahmu....Raih asa menjadi nyata...Alloh kan slalu menjaga dan menuntun jalanmu...amiin (Ina Tresnawati, facebook:29 Oktober 2009)

Rabu, 28 Oktober 2009

Sepuluh "T" oleh Regina Minosa

SEPULUH T Untuk (Insya Allah) Selamat Dunia Akherat. : 1. sholaT. 2. giaT 3.cepaT . 4. hormaT. 5. hemaT 6. tepaT 7.No maksiaT . 8. semangaT. 9. Tepat. 10.sahabaT. (Ini menurut guwe loh, guwe juga belum bisa melakukan semua, dan kalo gak setuju juga gak apa-apa. he..he..he...) oleh Regina Minosa karyawati di Jakarta diambil dari facebook pada hari rabu, 28 Oktober 2009

Selasa, 27 Oktober 2009

SIKAP (attitude)

Pengertian sikap : (1) sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada obyek tersebut (Berkowitz,1972); (2) sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon (Chave,1928; Bogardus, 1931; Mead, 1934; Gordon Allport,1935, La Pierre, 1934)); (3) sedangkan (La Pierre, 1934) mendefinisikan lagi sikap sebagai suatu pola perilaku atau kesiapan antisipatif, predisposition atau keadaan mudah terpengaruh untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhanan dikatakan bahwa sikap adalah respon terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan. (4) sikap adalah konstelasi komponen-komponen kognisi, afeksi, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu obyek; (5) sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposition atau keadaan mudah terpengaruh tindakan (konasi) seseorang terhadap sesuatu aspek lingkungan sekitarnya (Secord & Backman, 1964).

Sikap merupakan jalinan multidimensional yang terdiri atas kognisi, afeksi, dan konasi. Ketiga komponen ini berada paa suatu kontinum evaluatif. Sebagai contoh, orang yang cemas atau takut bepergian dengan naik pesawat terbang, ini disebut afeksi negatif terhadap penerbangan. Dengan demikian menimbulkan respon percaya bahwa pilot pesawat terbang adalah orang yang terlatih dan berpengalaman dalam bidangnya, ini disebut kognisi positif mengenai pilot, dampaknya maka muncul respon orang bersedia ikut terbang dengan pesawat itu, maka ini yang disebut konasi positif.

Sikap seseorang terhadap suatu obyek selalu berperanan sebagai perantara antara responnya dan obyek yang bersangkutan. Respon diklasifikasikan menjadi tiga macam : (1) respon kognitif yaitu respon persepstual dan pernyataan mengenai apa yang diyakini;(2) respon afektif yaitu respon syaraf simpatetik dan pernyataan afeksi; (3) respon konatif atau respon perilaku yaitu respon berupa tindakan dan pernyataan mengenai perilaku. Masing-masing klasifikasi respon ini berhubungan dengan ketiga komponen sikapnya. Dengan melihat salah satu komponen diantara tiga bentuk respon tersebut sikap seseorang sudah dapat diketahui. Meskipun demikian, deskripsi lengkap mengenai sikap individu tentu saja diperlukan dengan melihat ketiga macam respon secara lengkap.

Pendidikan Emosi (Suwandi, S.Pd.,M.Pd)

Pendidikan emosi adalah pendidikan yang merangsang anak didik untuk berfikir sebelum bertindak, menjadi pemberani, menjadi pemimpin dirinya sendiri, pengarang cerita hidupnya sendiri, tahu cara menyaring rangsangan-rangsangan yang menyebabkan stres dan mempelajarinya fakta logika, masalah kongkrit, dan ketenangan hidup.
Ciri utama dalam perilaku praktis mendidik emosi berarti memberikan diri sendiri tanpa mengharapkan imbalan apapun, setia dengan pendapat, mendapatkan kenikmatan dari rangsangan kecil yang ada, tahu cara menghadapi kekalahan, mengambil risiko untuk mengubah impian menjadi kenyataan, dan mempunyai keberanian untuk berjalan melalui tempat yang masih asing.
Pendidikan emosi menjadikan manusia untuk peka terhadap situasi sekitar, tidak mudah tersinggung, bersikap kasih sayang, merasakan perasaan orang lain, memikirkan akibat dari perilaku, tahan terhadap penderitaan hidup, mudah menerima kritik, dan tidak merasa terasing.
Ada dua jenis orang yang merasa terasing, yaitu: (1) mereka tidak menyakiti orang lain disertai tidak memikirkan masa depan; (2) mereka tidak mempunyai impian atau cita-cita berjalan begitu saja dalam melalui kehidupan sehingga hidup secara konformis.
Upaya melindungi stabilitas emosi harus dihindari suatu penghinaan, sebab penghinaan akan merusak perasaan orang lain seharian, selama satu bulan, dan bahkan seumur hidupnya.

Mendidik dengan emosi
Orang yang baik mengajari anaknya cara menggosok gigi, sedangkan orang yang hebat mengajari anak mengenal kebersihan jiwa. Tidak terhitung orang tua yang setiap hari mengingatkan anak mengenal kesehatan mulut, tetapi bagaimana dengan kesehatan emosi mereka. Apa gunanya mencegah gigi berlubang kalau emosi anak menjadi tempat sampah dari pikiran negatif, keluhan, ketakutan, reaksi implusif, dan dorongan sosial.

Marilah kita ajari anak cara menjaga emosi. Ingat semua yang langsung benturan dengan emosi akan secara drastis mempengaruhi memori dan memori inilah yang akan membentuk kepribadiannya. Membentuk kepribadian diperlukan nutrisi kejiwaan yang baik melalui perilaku yang sopan santun, jujur, berani, pemaaf, semangat, sabar, tawakal, membuat keputusan, dan rasa aman. Anak dilatih menjadi pemimpin dan bukan menjadi boneka dimana menjadi pemimpin tidak berarti harus mampu menyelesaikan setiap masalah dan menanggung semua masalah disekitarnya.

FILSAFAT KONSTRUKTIVISME DALAM ILMU PENGETAHUAN Oleh Suwandi *)

Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, apabila dikatakan kebenaran filsafat berarti kebenaran menyeluruh dari hasil pemikiran yang cermat dan renungan kritis. Menurut kandungan materi yang dibahas secara garis besar ada empat cabang filsafat yaitu: metafisika, epistemologi, logika, dan etika.
Metafisika merupakan filsafat yang meninjau tentang hakekat segala sesuatu yang terdapat di alam ini. Menurut Callahan, 1983 (dalam Pidarta, 1997) pada filsafat metafisika ini dalam memandang manusia ada dua hal yaitu: (1) manusia pada hakekatnya adalah spiritual karena yang ada sebenarnya yaitu jiwa atau roh sedangkan organ tubuh yang lain semu belaka. Sehingga pendidikan berkewajiban membebaskan jiwa dari ikatan semu. Pendidikan bertujuan untuk mengaktualisasi diri.
Epistemologi ialah filsafat yang membahas tentang pengetahuan dan kebenaran. Menurut Pidarta (1997) dalam membahas filsafat epistemologi ada lima sumber ilmu pengetahuan dan empat teori kebenaran. Lima sumber ilmu pengetahuan, yaitu: (1) otoritas, yang terdapat pada ensiklopedi, buku teks yang baik, rumus, dan tabel; (2) common sense, yang ada pada adat dan tradisi; (3) intuisi yang berkaitan dengan perasaan; (4) pikiran untuk menyimpulkan hasil pengalaman; (5) pengalaman yang terkontrol untuk mendapatkan pengetahuan secara ilmiah. Adapun empat teori kebenaran, meliputi sebagai berikut: (1) Koheren, sesuatu akan benar apabila ia konsisten dengan kebenaran umum. (2) Korespondensi, sesuatu akan benar apabila ia tepat dengan fakta yang dijelaskan. (3) Pragmatisme, sesuatu dipandang benar apabila konsekuensinya memberi manfaat bagi kehidupan. (4) Skeptivisme, kebenaran dicari secara ilmiah dan tidak ada kebenaran yang lengkap.
Logika adalah filsafat yang membahas tentang cara manusia berfikir dengan benar. Melalui pemahaman tentang filsafat logika dimungkinkan manusia bisa berfikir dan mengemukakan pendapatnya secara tepat dan benar.
Etika sebagai filsafat yang menjelaskan tentang perilaku manusia yang didalamnya meliputi adanya norma yang berlaku di masyarakat, nilai-nilai yang diakui masyarakat dan ajaran agama sebagai bahan pokok pemikiran dalam filsafat etika.
Pengertian
Dalam bahasan ini yang dimaksud filsafat adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai keakar-akarnya (Pidarta, 1997). Pengertian “sesuatu” dalam pengertian filsafat tersebut dapat berarti “terbatas” dan dapat pula berarti “tidak terbatas”. Bila berarti “terbatas” filsafat membatasi diri akan hal-hal tertentu saja, misalnya filasafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Apabila berarti “tidak terbatas” filsafat membahas segala sesuatu yang ada di alam ini yang sering disebut sebagai filsafat umum.
Sedangkan pengertian dari filsafat ilmu pengetahuan adalah bagian dari filsafat yang mempertanyakan soal pengetahuan dan bagaimana manusia dapat mengetahui sesuatu. Pertanyaan mendasar dalam filsafat pengetahuan meliputi : (1) apakah pengetahuan itu (2) bagaimana kita memperolah pengetahuan dan bagaimana kita tahu tentang sesuatu serta mempertanyatakan hakikat pengertian dengan bertanya (3) apakah kebenaran itu (Bodner, 1986; Ryan & Cooper, 1992 dalam Suparno, 1997).
Munculnya filsafat konstruktivisme, menurut von Glasersfeld, 1988 (dalam Suparno, 1997) bermula dari adanya pengertian konstruktif kognitif yang muncul pada abad ke-20 dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan olah Jean Piaget (baca Jin Piasye) ilmuwan dari Perancis ini. Dengan demikin Mark Baldwin dan Jean Piaget sebagai tokoh yang berjasa dalam mengembangkan filsafat konstruktivisme dalam ilmu pengetahuan.
Pengetahuan merupakan sesuatu yang dimengerti manusia sesudah ia menyaksikan, mengamati dan mempelajari. Pengetahuan merupakan ungkapan dari kenyataan dunia yang terlepas dari pengamatan obyektivisme. Pengetahuan telah ditangkap manusia lebih dianggap sebagai suatu proses pembentukan yang terus-menerus, terus berkembang dan berubah. Dengan demikian tidak ada yang baku dalam pengetahuan karena suatu saat dapat berubah setelah ditemukan lagi dalil atau teori baru.
Konstruktivisme adalah suatu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan telah ditangkap manusia adalah konstruksi (bentukan) manusia itu sendiri (Matthews, 1994 dalam Suparno, 1997). Maka pengetahuan bukanlah tentang dunia lepas dari pengamatan tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia sejauh yang dialaminya. Proses konstruksi pengetahuan berjalan terus menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru (Piaget, 1971 dalam Suparno, 1997). Suatu ilmu pengetahuan setelah mengalami proses yang cukup lama menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang lazim bagi manusia untuk dijadikan landasan dalam menjalani kehidupan keseharian. Sebelum dilazimkan oleh manusia sebuah pengetahuan mengalami penyempurnaan akibat bertambahnya pengalaman baru manusia yang disebut proses reorganisasi ilmu pengetahuan yang berupa pendefinisian kembali, pemantapan konsep dan ilmu pengetahuan yang relatif baku.
Konstruktivisme Dalam Ilmu Pengetahuan
Para konstruktivis menjelaskan bahwa satu-satunya sarana yang tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah inderanya. Dengan demikian manusia mengetahui sesuatu berdasarkan interaksi dengan obyek dan lingkungan melalui penglihatan, pendengaran, penjamahan, penciuman, dan merasakannya. Para konstruktivis percaya bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Maka pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak guru kepada otak murid. Oleh karena itu perlu disadari bahwa murid sendiri yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka selama ini.
Semua pengetahuan yang kita peroleh merupakan konstruksi kita sendiri. Pengetahuan tidak seperti barang yang dapat ditransfer (dialihkan) begitu saja dari pikiran yang mempunyai pengetahuan ke pikiran orang yang belum mempunyai pengetahuan. Apabila seorang guru bermaksud mentransfer (memindahkan) konsep, ide, dan pengertiannya kepada seorang murid, pemindahan itu harus ditafsirkan dan dikonstruksikan oleh seorang murid lewat pengalamannya selama ini (von Glasersfeld, 1996 dalam Suparno, 1997). Maka tidak heran selama ini banyaknya murid yang salah menangkap apa yang diajarkan guru mereka sehingga menunjukkan bahwa pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan begitu saja, melainkan harus dikonstruksikan atau minimal ditafsirkan sendiri oleh murid.
Secara efektif agar seseorang dapat melakukan proses konstruksi diperlukan beberapa kemampuan sebagai berikut: (1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, (2) kemampuan membandingkan, mengambil keputusan (justifikasi) mengenai persamaan dan perbedaan, dan (3) kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dengan yang lainnya (von Glasersfeld, 1996 dalam Suparno, 1997). Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengetahuan sangat penting kerena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi dengan pengalaman-pengalaman tersebut. Kemampuan membandingkan sangat penting agar dapat menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus dan dapat melihat kesamaan serta perbedaannya untuk dapat membuat klasifikasi dan membangun suatu pengetahuan.
Menurut Jean Piaget, 1970 (dalam Suparno, 1997) membedakan dua aspek berpikir dalam pembentukan pengetahuan, yaitu; (1) aspek figuratif, dan (2) aspek operatif. Aspek berfikir figuratif adalah imajinasi keadaan sesaat dan statis yang meliputi suatu persepsi, imajinasi, dan gambaran mental seseorang terhadap obyek atau fenomena. Aspek berfikir operatif lebih berkaitan dengan transformasi dari suatu tingkatan ke tingkatan lain. Setiap tingkat keadaan dapat dimengerti sebagai akibat dari transformasi tertentu atau sebagai titik tolak bagi transformasi lain. Dengan demikian aspek yang lebih penting dari berfikir adalah aspek operatif sebab memungkinkan seseorang untuk mengembangkan pengetahuannya dari satu tingkatan tertentu ke tingkatan yang lebih tinggi.
Pentingnya melakukan konstruksi mengenai pengetahuan bertujuan untuk mengetahui sesuatu bukan untuk menemukan realitas. Dengan kata lain mengkonstruksikan pengetahuan yang sesuai dengan pengalaman hidup manusia sehingga dapat digunakan bila berhadapan dengan tantangan dan pengalaman-pengalaman baru (Shapiro, 1994 dalam Suparno, 1997).
Gagasan konstruktivisme terhadap pengetahuan dapat dirangkum sebagai berikut: (1)pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia nyata belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui subyek. (2) Subyek membentuk skema kognisi, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. (3) Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang (von Glasersfeld dan Kitchener, 1987 dalam Suparno, 1997).
Kebenaran dalam Filsafat Konstruktivisme
Pengetahuan yang telah kita miliki selama ini bukanlah realitas dalam arti umum. Dalam filsafat konstruktivisme menyatakan bahwa manusia tidak pernah dapat mengerti realitas yang sesungguhnya secara ontologis. Adapun yang dimengerti oleh manusia adalah struktur konstruksi kita akan sesuatu obyek. Dengan demikian para ahli konstruktivisme tidak bertujuan untuk mengerti realitas, tetapi lebih melihat bagaimana manusia menjadi tahu akan sesuatu.
Paham ilmu pengetahuan mengatakan bahwa suatu pengetahuan dianggap benar apabila pengetahuan itu sesuai dengan kenyataannya. Dengan kata lain, orang dapat membuktikan pengetahuan yang dimiliki tentang sesuatu dengan cara membandingkan dengan realitas ontologis-nya. Sedangkan para penganut ajaran kontruktivisme berpendapat kebenaran itu bila ilmu pengetahuan telah teruji dengan memiliki viabilitas yaitu kemampuan suatu konsep atau pengetahuan dalam operasionalnya. Dalam istilah sederhana dikatakan bahwa suatu pengetahuan yang dikonstruksikan dikatakan benar bila dapat digunakan dalam menghadapi macam-macam fenomena dan persoalan yang berkaitan dengan pengetahuan tersebut.
Referensi:
Hadi, P. Hardono.1994.Epistemologi Filsafat Pengetahuan 0leh Kenneth T.Gallangher, Yogyakarta: Kanisius
Pidarta, Made.1997. Landasan Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius

Hakekat Pemimpin

Pemimpin pada hakekatnya adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Kekuasaan itu bersumber pada imbalan, paksaan, keahlian, acuan, hukum, kharisma/kekuatan pribadi. Maka berdasarkan ini bawahan atau orang menerima atau tidak menerima atas segala sesuatu yang harus dilakukan.

Jenis pemimpin
Pemimpin formal, yaitu yang terjadi kerena pemimpin bersandar pada wewenang formal. Sedangkan pemimpin informal, yaitu terjadi karena pemimpin tanpa wewenang formal berhasil mempengaruhi perilaku orang lain.

Ciri-ciri pemimpin
Setiap pemimpin sekurang-kurangnya memiliki tiga ciri, yaitu: (1) penglihatan sosial; (2) kecakapan berfikir abstrak; (3) keseimbangan emosi.
Seorang pemimpin harus memiliki karekter sebagai berikut: (1) kekuatan jasmani yang cukup;(2) kekuatan rohani yang cukup;(3) semangat untuk mencapai tujuan;(4) penuh antusias;(5) ramah dan penuh perasaan;(6) jujur dan adil;(7) memiliki kecakapan teknis;(8) dapat mengambil keputusan;(9) cerdas;(10) punya kecakapan mengajar;(11) penuh keyakinan;(11) punya keberanian;(12) ulet dan tahan uji; (13) suka melindungi; (14) penuh inisiatif; (15) memiliki daya tarik; (16) simpatik; (17) intelegensi tinggi; (18) waspada; (19) bergairah dalam bekerja; (20) rendah diri; dan (21) obyektif.

Efektifitas Pemimpin
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin, yaitu: (1) kepribadian, pengalaman masa lalu dan harapan pimpinan meliputi: nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi gaya kepemimpinannya; (2) Pengharapan dan perilaku atasan;(3) karekteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap gaya kepemimpinan; (4) Kebutuhan tugas, setiap tugas bahwan juaga akan mempengaruhi gaya pemimpin; (5) Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan;(6) Harapan dan perilaku rekan.

Minggu, 25 Oktober 2009

Sumber daya Pendidikan

Etos kerja adalah sikap mental untuk menghasilkan produk kerja yang baik, bermutu tinggi dalam bentuk jasa dan barang. Etos kerja dipengaruhi sikap, pandangan, cara-cara, dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang ada pada seseorang, suatu kelompok, dan suatu bangsa. Adapun pembinaan etos kerja ini merupakan bagian dari pembinaan tata nilai (value system). Upaya untuk mengubah etos kerja yang buruk dengan mengantarkan perilaku karyawan, guru, ke arah yang lebih produktif dengan cara mengubah sikap, pandangan, harapan dan ketrampilan atau keahlian yang tidak sesuai dengan tuntutan zaman mutakhir agar lebih efektif dan produktif.

Sumber daya dalam lembaga pendidikan antara lain meliputi: manusia, sarana dan prasarana, biaya, teknologi, dan informasi. Dalam dunia pendidikan sumber daya yang paling penting adalah sumber daya manusia, oleh karena itu manajer pendidikan perlu menyediakan tenaga, bakat kreatif, dan semangat dari sumber daya manusia ini untuk dapat mengefektifkan roda organisasi sekolah. Tugas terpenting dalam manajer pendidikan yaitu menyeleksi, menempatkan, melatih, dan mengembangkan sumber daya manusia agar menghasilkan sumber daya yang paling penting ini memiliki etos kerja tinggi. Sebab pengembangan sumber daya manusia mempunyai hubungan positif dengan produktivitas, pertumbuhan organisasi sekolah, kepuasan kerja, kekuatan dan profesionalitas manajer pendidikan.

Sumber daya manusia meliputi aspek: kompetensi, keterampilan atau skill, kemampuan, sikap, perilaku, motivasi, dan komitmen. Dalam lembaga pendidikan sumber daya manusia dibedakan dalam dua kelompok yaitu: tenaga teknis, tenaga administrasi, dan tenaga penunjang. Tenaga teknis kependidikan ditugaskan menjadi tenaga kependidikan (pembimbing, pengajar, dan pelatih), pengelola, pengawas, laboran, teknisi sumber belajar, peneliti, dan penguji.

Definisi Manajemen dan Pendidikan

DEFINISI MANAJEMEN
Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikatakan ilmu karena manajeman dapat dipandang sebagai bidang pengetahuan yang secara sistematis berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Disebut sebagai kiat karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain dalam menjalankan tugas. Sedangkan manajemen dikatakan profesi karena dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer dan para profesional dituntut oleh kode etik.

Manajemen merupakan suatu proses karena sebagai suatu sistem yang setiap komponennya menampilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan. Dalam proses manajeman ada beberapa fungsi yang ditampilkan oleh seorang manajer. Dengan demikian manajer dapat dikatakan sebagai orang, struktur, tugas, dan tehnologi.

Fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer atau pimpinan dalam proses manajemen, meliputi: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading), dan pengawasan (controling). Dari pemahaman ini maka ketemulah pengertian manajemen yaitu suatu proses merencana, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.

DEFINISI PENDIDIKAN
Pendidikan adalah: (1) proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan tingkah lakunya di dalam masyarakat tempat mereka hidup; (2) proses sosial yang terjadi pada orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khusus yang datang dari sekolah), sehingga mereka dapat memperoleh perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum; (3) sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lainnya; (4) sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik; (5) suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik; (6) sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar yang berupa pembentukan sikap, pengetahuan dan keterampilan untuk bekerja;(7) pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang sesuai dengan kegiatan seseorang untuk kehidupan sosialnya dan membantu kebiasaan-kebiasaan dan kebudayaan serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi (menurut Crow and Crow);(8) pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan;(9) merupakan alat untuk mengembangkan kesadaran diri sendiri dan kesadaran sosial (Emile Durkheim: 1858-1917))