Sabtu, 05 Desember 2009

NEGERI IRONI

Seorang manusia lemah dan papa
dalam kehausannya mencuri semangka
lalu kau jatuhkan palu dakwa
seolah kau tengah menebar benih cinta
pada gemuruh keadilan yang beraroma dusta
pada perangkat hukum yang tak kenal lara
duhai..dimanakah kemanusiaanmu bertahta?

Dalam genggaman hukum kekuasaanmu
air mata dahaganya mengalirkan darah
bergelayut di udara, menapaki lorong-lorong kepiluan
menyangga kehampaan pikiran agungmu
meniupkan kesia-siaan nafas kebijakanmu
menaburkan benih-benih luka pada sang waktu
hatikupun haus memandang kuasamu yang nista
meski samar, namun ku dendangkan pada para penari disinggasanamu
agar bisa ku minum secangkir anggur kearifan pada dahaga keadilan

Lihatlah, pemandangan memilukan di sudut negeri ini
seorang manusia papa nan lemah
menjulurkan tangannya meminta derma keadilan padamu
mengais luka sambil menapaki istana singgasana perangkat hukummu
namun kulihat kau tetap asyik berpesta pora berbagi kenikmatan di ladang kuasamu
menari bersama diringi lagu-lagu merdu keangkuhan aturanmu
meretas keadilan hanya dalam kebenaran perspektifmu

Duhai…pedih nian semesta jiwa ini
hati siapakah yang sanggup menggemakan suaranya?
Jika jiwamu ditulikan oleh debu kekuasaan?
Dan nur'animu dibutakan oleh polusi ketamakan jabatan?
Tangis jiwanya berkobar menyala namun tak mampu menembus kepekatan hatimu
bahkan sedu sedannya tak menggetarkan dinding-dinding nuranimu
dadanya sesak tak lagi bertenaga, hingga menjelma asa yang hampa
sementara tahtamu tak geming dalam kemilau kecurangan
hingga gemanya menggetarkan kemanusiaan dan menembus langit kepiluan

Dimanakah gerangan hati putihmu bertahta wahai para penguasa
jika korupsi trilyunan masih menyimpan sengketa, padahal ia dusta tak terkira
bahkan manusia miskin papa,dalam kehausannya mengambil semangka
hingga tak dinyana ia malah masuk penjara
sementara para perampok uang negara
kau biarkan melenggang di mana-mana...
Betapa negeri ini sebuah negeri dagelan belaka….
Yang makin marak dipenuhi seribu petaka....

Tangerang, 5 Desember 2009
Catatan Eny Suhaeni

2 komentar:

  1. Yunus Efendi: puisi untuk negeri yang mulai bangkit

    BalasHapus
  2. Puisi untuk negeri yang ingin merdeka dari kemiskinan dan penjajahan baru

    BalasHapus