Metakognisi
dalam pembelajaran merupakan konsep penting dalam teori kognisi. Metakognisi
tidak sama dengan kognisi, misalnya keterampilan membaca suatu teks berbeda
dengan keterampilan pemahaman terhadap teks tersebut. Metakognisi
mempunyai kelebihan dimana seseorang mencoba merenungkan cara berpikir atau
merenungkan proses kognitif yang dilakukannya.
Secara
sederhana metakognisi didefinsikan sebagai “memikirkan kembali apa
yang telah dipikirkan”, bahkan ada ahli yang menghubungkan metakognisi dengan
fungsi kontrol atau pemrosesan informasi. Walaupun pendefinisiannya berbeda,
namun secara umum metakognisi merupakan kesadaran atau pengetahuan
seseorang terhadap proses dan hasil berpikirnya (kognisinya) serta kemampuannya
dalam mengontrol dan mengevaluasi proses kognitif tersebut.
Pengertian Metakognisi
Istilah Metakognisi dimunculkan oleh beberapa ahli psikologi
sebagai hasil penelitian terhadap kondisi, mengapa ada orang yang belajar dan
mengingat lebih dari yang lainnya? Secara harfiah metakognisi terdiri dari awalan meta yang
artinya “sesudah” dan kata kognisi. Metakognisi
dapat diartikan sebagai kognisi tentang kognisi, pengetahuan tentang
pengetahuan atau berpikir tentang berpikir. Menurut Anderson dan Krathwohl
(2001), penambahan awalan “meta” pada kata kognisi untuk merefleksikan ide
bahwa metakognisi adalah “tentang” atau “di atas” atau “sesudah” kognisi. Di
samping itu, pengertian metakognisi hampir sama dengan pengertian perefleksian
terhadap apa yang dipikirkannya. (deSoete, 2001). Kata reflektif berasal dari
kata ”to reflect”
artinya ”to think about”.
Istilah
metakognisi yang diperkenalkan Flavell (Yong & Kiong, 2006), mendefinisikan
aspek pertama dari metakognisi sebagai pengetahuan seseorang terhadap proses
hasil kognitifnya atau segala sesuatu yang berhubungan dengannya, kemudian
aspek kedua dari metakognisi didefinisikan sebagai pemonitoran dan
pengaturan diri terhadap aktivitas kognitif sendiri.
Schoenfeld
(1992) mendefinisikan metakognisi sebagai pemikiran tentang pemikiran sendiri yang
merupakan interaksi antara tiga aspek penting yaitu: pengetahuan tentang
proses berpikir sendiri, pengontrolan atau pengaturan diri, serta keyakinan dan
intuisi. Interaksi ini sangat penting karena pengetahuan kita tentang proses
kognisi kita dapat membantu kita mengatur hal-hal di sekitar kita dan
menyeleksi strategi-strategi untuk meningkatkan kemampuan kognitif kita
selanjutnya.
Metakognisi mencakup kemampuan untuk
bertanya dan menjawab pertanyaan berikut:
o
Apa yang saya tahu tentang hal ini,
topik masalah subjek?
o
Apakah saya tahu apa yang harus saya
ketahui?
o
Apakah saya tahu di mana saya bisa
mendapatkan beberapa informasi, pengetahuan?
o
Berapa banyak waktu yang saya
perlukan untuk belajar ini?
o
Apa saja strategi dan taktik yang
bisa saya gunakan untuk belajar ini?
o
Apakah aku mengerti apa yang saya
dengar, baca atau lihat?
o
Bagaimana saya tahu jika saya sedang
belajar pada tingkatan yang sesuai?
o
Bagaimana saya bisa melihat jika
saya membuat satu kesalahan?
o
Bagaimana saya harus merevisi
rencana saya jika tidak sesuai dengan harapan/kepuasan saya?
Pustaka:
o
Pengembangan Metakognisi dalam
pembelajaran Matematika oleh : Dr. Theresia Laurens, Makalah Seminar Nasional
Matematika Juli 2011
o
Citation: Huitt, W. (1997).
Metakognisi. Interaktif Psikologi Pendidikan .
o
http://www.edpsycinteractive.org/topics
/metacogn.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar